Senin, 07 Februari 2011

Uji Jalan 6 Menit


APLIKASI UJI JALAN 6 MENIT
PADA PENYAKIT GAGAL JANTUNG KRONIK STABIL( CHF  STABIL)
Oleh 
Dr. DEDDY TEDJASUKMANA, SpKFR-K, MARS

I. PENDAHULUAN
            Tujuan rehabilitasi jantung secara umum adalah meningkatkan kapasitas fungsional dan kualitas hidup penderita dengan penyakit jantung. Seseorang yang menderita penyakit Gagal jantung kronik biasanya mempunyai penampilan fisik menurun dan membatasi aktivitasnya  sesuai kapasitas yang dimilikinya.
           Selain  keterbatasan aktivitas fisik juga adanya rasa cemas terhadap  timbulnya sesak, mudah capai dan kelelahan.  Keadaan inaktivitas ini menimbulkan dekondisi fisik secara umum dan mengurangi kemampuan erobik, hal  ini merupakan alasan perlunya latihan pada penderita Gagal jantung kronik stabil  
Kavanagh dkk hasil penelitiannya menyimpulkan latihan dapat memperbaiki kapasitas fungsional pasien gagal jantung kronik stabil yang telah menjalani program latihan selama 8 sampai 12 minggu .
Ranamurti dkk , menyatakan bahwa penggunaan hasil uji latih {exercise test) terhadap program rehabilitasi jantung akan sangat berguna sebelum seseorang memulai latihan terutama dalam hal penentuan dosis awal .
Uji jalan 6 menit merupakan salah satu modalitas uji latih yang sangat popular karena mudah dilakukan , tidak memerlukan alat canggih dan hasilnya mampu memberikan evaluasi obyektif kapasitas fungsional penderita jantung .
Pada tahun 1960 Balke dkk,  merancang metode uji latih sederhana  untuk mengevaluasi kapasitas fungsional penderita dengan cara mengukur panjang jarak yang ditempuh seseorang dengan berjalan selama periode waktu 12 menit , kendalanya waktu 12 menit terlalu melelahkan bagi penderita gangguan kardiorespirasi .
Reybrouck  dalam penelitiannya menyatakan kesulitan dalam melakukan uji latih 12 menit karena disamping pasien mempunyai kemampuan exercise yang rendah, kebanyakan dari mereka telah patah semangat dan merasa cemas karena uji latih yang berlangsung lama .
Pada akhirnya Butland dkk tahun 1982  meleliti perbandingan uji latih  jalan 2, 6, 12 menit dan menyatakan bahwa uji jalan selama 6 menit mempunyai nilai jarak tempuh terbaik dan berkorelasi dengan kemampuan fungsional optimal pasien .
Mengukur pertukaran gas respirasi selama uji latih maksimal merupakan metode yang disarankan untuk menilai kapasitas fungsional. Pengukuran ini diperlukan untuk mengatur intensitas latihan dan menilai efek latihan selama program rehabilitasi jantung. Teknik ini tidak digunakan secara luas karena peralatan mahal, prosedur rumit dan membutuhkan waktu.
            Beberapa penelitian telah membuktikan secara bermakna bahwa uji jalan 6 menit (6 MWT) merupakan uji latih submaksimal yang menyerupai aktivitas sehari-hari dan dapat ditoleransi penderita gagal jantung. Disamping hal tersebut  kapasitas berjalan merupakan faktor yang penting dalam menilai kualitas hidup penderita jantung. Uji jalan 6 menit memberikan suatu indikasi objektif kapasitas fungsional dan toleransi latihan karena jarak ambulasi diperlihatkan dalam hubungannya dengan maksimal gejala yang muncul akibat konsumsi oksigen yang terbatas. Dan uji jalan 6 menit juga dapat menunjukkan hasil perbaikan klinis pada penderita  gagal jantung kronik yang telah melakukan program rehabilitasi secara teratur dan terukur sesuai dosis latihan yang dilakukan, tes ini  merupakan uji jalan yang mudah dilakukan, lebih dapat ditoleransi dan lebih menggambarkan aktivitas kehidupan sehari-hari dibandingkan uji jalan yang lain.

II. PROSEDUR
Syarat-syarat yang minimal harus dipenuhi dalam melakukan Uji jalan 6 menit :
  1. Uji latih harus dilakukan pada lintasan datar dengan  lokasi yang mudah dijangkau, jika terjadi keadaan darurat maka penanganan cepat dilakukan. Pemilihan lokasi harus ditentukan oleh dokter yang mengawasi.
  2. Oksigen dan nitrogliserin sublingual sebaiknya dapat disediakan, dan tersedia telepon untuk panggilan darurat.
 
Dokter dan paramedis yang membantu harus dapat mengenali gejala efek yang kurang baik dari uji latih, jika uji latih harus dihentikan karena alasan tertentu , maka pasien boleh duduk atau berbaring, kemudian diikuti pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, saturasi oksigen dan pemeriksaan fisik.
Uji jalan 6 menit  ini dapat dihentikan segera bila timbul gejala:
1.      Nyeri dada.
2.      Sesak yang tidak dapat  ditoleransi.
3.      Kram pada tungkai
4.      Sempoyongan
5.      Terlihat pucat

Lokasi pelaksanaan Uji jalan 6 menit :
  1. Harus dilakukan didalam ruangan (indoor) atau diluar ruang (outdoor).
  2. Lintasan berjalan harus pada permukaan yang panjang, datar dan  keras, lurus, dalam koridor yang tertutup, dan bukan jalan umum .
  3. Panjang lintasan sebaiknya 100 feet ( kurang lebih 30 m ).
      Jika lintasan kurang dari 30 m, maka pasien akan lebih sering melakukan putaran balik, hal ini akan mengurangi jarak yang ditempuh dalam 6 menit. Aspek ini kemudian dibuktikan oleh Weiss dkk. pada penelitiannya, subyek dapat berjalan lebih jauh pada lintasan oval (continous).
  1. Panjang dari koridor harus diberi tanda setiap 5 meter.
  2. Saat putaran lintasan diberi tanda dengan segitiga kuning/ bentuk conus.
  3. Garis start, merupakan batas mulai dan akhir 1 putaran (60 meter), diberi tanda (pita perekat) dengan warna cerah dilantai.

Peralatan yang harus disediakan:
  1. Stopwatch.
  2. Pita perekat untuk memberi tanda setiap 1 lap.
  3.  Segitiga kuning/Cones  untuk menandai tempat putaran.
  4. Kursi yang mudah dipindah-pindahkan.
  5. Formulir catatan uji latih .
  6. Oksigen.
  7. Tensi meter dan stetoskop.
  8. Pulse oksimetri
  9. Telepon.

Persiapan pasien:
  1. Pasien menggunakan pakaian yang nyaman untuk melakukan uji latih.
  2. Menggunakan sepatu yang sesuai dan nyaman untuk berjalan..
  3. Ketentuan medis yang biasa dijalankan pasien harus tetap dilakukan.
  4. Pasien diperkenankan untuk makan makanan ringan 1 jam sebelum uji latih.
  5. Pasien tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas atau latihan yang berlebihan dalam 2 jam sebelum uji latih dilakukan.

Pelaksanaan Uji jalan 6 menit
Ø  Sebelum dilakukan Uji jalan 6 menit  pasien diperiksa secara seksama termasuk tanda vital seperti Tekanan darah, Denyut jantung, Respirasi, Suhu juga Saturasi oksigen.
Ø  Jika diperlukan pengulangan Uji jalan 6 menit, maka uji ulang harus dilakukan pada hari yang sama. Hal ini berguna untuk mengurangi perbedaan atau bias pada hasil karena kemungkinan timbul perubahan seperti kondisi fisik, waktu latihan .
Ø  Tidak dianjurkan  melakukan periode pemanasan sebelum dilakukan uji latih.
Ø  Pasien harus beristirahat dengan duduk dikursi, dekat dengan garis start, kurang lebih 5 – 10 menit sebelum uji jalan  dimulai.
Ø  Isilah data-data pasien  pada formulir yang digunakan.
Ø  Penggunaan oksimetri merupakan pilihan.
Maksud pengukuran SpO2 dari oksimetri adalah mengetahui oksigen uptake paru sehingga kita dapat memprediksi tingkat kelelahan pasien .
Disamping itu, penguji tidak diperkenankan berjalan bersama pasien selama uji latih dilakukan hanya untuk melihat nilai SpO2.
 o   Gunakan Skala Borg untuk mengulur tingkat dispnea dan fatique awal uji latih .
Ø  Berikan instruksi pada pasien sebelum uji latih dimulai dan informasikan yang utama adalah berjalan sejauh mungkin  selama 6 menit, jangan lari ataupun jogging.
Posisikan pasien pada garis start.
Selama uji dilakukan, penguji harus tetap berdiri di dekat garis start. Tidak diperkenankan berjalan bersama pasien. Hal ini guna mencegah adu balap antara pasien dengan penguji sehingga akan mempengaruhi hasil yang sebenarnya. Pada saat pasien mulai berjalan, nyalakan stopwatch.
Ø  Penguji tidak diperkenankan bicara kepada siapapun selama uji latih. Pusatkan perhatian pada pasien, jangan sampai salah menghitung jumlah putaran.
Ø  Memberikan semangat sangat dianjurkan dalam Uji jalan 6 menit.
Ø  Menurut American Thoracic Society, waktu yang paling baik untuk memberikan semangat adalah setiap 1 menit dan sesuai dengan ketentuan kalimat yang telah disediakan dibawah ini.

Menit 1 selesai  :“Anda sudah benar melakukannya, teruskan, ada 5 menit lagi.”
Menit 2 selesai  :“Bagus, pertahankan seperti ini, anda masih punya 4 menit lagi.”
Menit 3 selesai  :“Anda melakukannya dengan baik, sudah setengah jalan .”
Menit 4 selesai  :“Anda sudah baik melakukannya, tinggal 2 menit lagi.”
Menit 5 selesai  :“Anda sudah baik melakukannya, tinggal 1 menit lagi.”
Menit 6 selesai  :  finish .



IV. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI.
Indikasi  :
Ø  Gagal jantung kronik stabil .

Kontraindikasi :
  1. Gagal jantung kongestif yang tidak terkontrol
  2. Aritmia jantung berat
  3. Kardiomiopati  berat
  4. Hipertensi tidak terkontrol
  5. Angina pectoris tak stabil
  6. dll

V. INTERPRETASI DAN APLIKASI
Sedangkan untuk menentukan kapasitas erobik menggunakan rumus :
               VO2 Max  = ( 0,03 x distance(m)) + 3,98  cc/KgBB/mt .
                 1 Mets  = 3,5 cc/kgBB/mt .

Nilai prediksi
Ø  Pria      : 6 MWD = (7.57 x TBcm)-(5.02 x umur)-(1.76 x BBkg)- 309 m
Ø  Wanita : 6 MWD = (2.11 x TBcm)-(2.29 x BBkg)-(5.78 x umur) + 667 m

VI. KESIMPULAN
1.   Uji jalan 6 menit  merupakan metode  yang sangat sederhana, mudah dilakukan dan bermanfaat untuk mengukur kapasitas fungsional pasien.
2.  Respon fisiologis uji jalan 6 menit umumnya terjadi pada tingkat submaksimal, sehingga  aman  bagi penderita .
3.   Dapat dipakai sebagai pambanding pre dan post intervensi .
4.   Mempunyai nilai prognostik  terutama  mortalitas dan morbiditas .
5.  Modalitas ini sederhana, mudah ditoleransi pasien dan mudah dilaksanakan .
6  Hasil uji jalan 6 menit dapat diaplikasikan untuk menentukan dosis awal latihan .

===========================================================

3 komentar:

  1. bagaimana jika kita ingin mengecek uji jalan 6 menit dengan keterbatasan ruang gerak pasien?

    BalasHapus
  2. maaf rumus VO2max nya darimana sumbernya? sedang butuh daftar pustaka :) terimakasih

    BalasHapus